560 Tukang Jahit di Luwu Timur Panen Berkah dari Program Seragam Sekolah Gratis, Kini Suara Mesin Jahit Terdengar di Pelosok

POTOKLIK.ID – Di sebuah ruang kecil berukuran 3×4 meter di Desa Maleku, Kecamatan Mangkutana terdengar ritme mesin jahit yang tak pernah berhenti sejak pagi. Jarum turun-naik dengan cepat, sementara potongan kain warna putih dan biru menumpuk di sisi ruangan.

Di balik mesin lamanya, Yuliana tersenyum pelan. Sudah lama ia tidak melihat orderan sebanyak ini. Sembari tangan kirinya memegang potongan kain putih yang akan disulap menjadi seragam sekolah.

“Program bapak Bupati Ibas sangat membantu kami yang memiliki usaha konveksi. Sehingga kami pelaku UMKM di desa ikut mendapatkan manfaatnya juga,” kata Yuliana, Kamis 4 Desember 2025.

Yuliana adalah satu dari 560 tukang jahit di Kabupaten Luwu Timur yang terlibat dalam pengerjaan seragam sekolah gratis yang diprogramkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam – Hj Puspawati Husler.

Program ini ditujukan untuk membantu siswa baru di TK, SD dan SMP, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi pelaku usaha mikro di bidang konveksi yang ada di daerah.

Di seluruh kecamatan di Luwu Timur, geliat para penjahit terlihat serupa. Mesin jahit yang sebelumnya kerap sepi, kini kembali hidup dengan suara khasnya.

Di ruang-ruang kecil di pelosok Luwu Timur, suara mesin jahit kini menjadi tanda optimisme. Para penjahit merasakan bahwa hasil kerja tangan mereka bermanfaat untuk masa depan anak-anak di daerah ini.

Bagi Yuliana, momentum ini lebih dari sekadar pekerjaan musiman. Ia berharap program seperti ini bisa terus berlanjut dan membuka peluang untuk meningkatkan kualitas usaha jahit di Luwu Timur.

“Kadang kita hanya butuh kesempatan. Dan tahun ini, kami diberi kesempatan itu, oleh pemerintah dan baru kali ini terjadi” ujarnya.

Di tengah geliat ekonomi daerah, 560 tukang jahit kini merasakan bahwa berkah bisa datang dari mana saja. Termasuk dari seragam kecil yang dipakai anak-anak menuju masa depan mereka.

Sementara itu, Rifka Sampe Pago, Ketua Konfeksi Pendidikan Desa Maleku, Kecamatan Mangkutana mengaku belum pernah menangani pesanan dari pemerintah. Dan baru kali ini proses pembuatan seragam sekolah gratis melibatkan pelaku UMKM kecil di daerah.

“Saya dapat 500 pasang. Dan memperdayakan 10 orang tukang jahit dalam pembuatan seragam ini,” katanya dengan ekspresi wajah penuh syukur.

Para penjahit mengaku pendapatan mereka meningkat signifikan dari projek pembuatan seragam sekolah gratis ini. Dari penghasilan tambahan mereka ini mampu membantu perekonomian keluarga mereka.

Bagi mereka palaku usaha konveksi yang ada di pelosok desa. Program seragam gratis ini tidak hanya memberi manfaat bagi siswa dan orang tua, tetapi juga mendorong perputaran uang di tingkat usaha mikro. Pemerintah membagi pengerjaan seragam ke ratusan penjahit lokal, sehingga dampaknya terasa merata.

Ibu Ian, selaku Koordinator Konveksi Kabupaten mengaku awalnya ragu apakah ia sanggup menyelesaikan pesanan yang jumlahnya hampir 17 ribu pasang seragam yang terdiri dari seragam TK, SD dan SMP itu. Tapi kini justru merasa percaya diri setelah mampu membentuk tim yang jumlahnya 560 tukang jahit lokal ia libatkan.

“Ini merupakan pengalaman baru saya yang mampu mengumpulkan 560 tukang jahit lokal yang berada di seluruh wilayah Luwu Timur, yang tentunya membawa keberkahan bagi mereka lewat program Ibas-Puspa,” ujarnya.

Di desa-desa, para penjahit membentuk kelompok kecil untuk saling membantu. Ada yang fokus memotong kain, ada yang menjahit badan baju, sementara yang lain mengerjakan lengan dan kerah. Kolaborasi ini membuat pekerjaan lebih cepat sekaligus memperkuat solidaritas antarpenjahit lokal.

Di sisi lain, program seragam sekolah gratis ini menjadi angin segar bagi puluhan ribu orang tua yang sedang mempersiapkan anak mereka masuk sekolah. Harga seragam yang terus naik setiap tahun kerap menjadi beban tersendiri, terutama bagi keluarga di wilayah pedesaan.

Dengan adanya program ini, beban itu berkurang signifikan. “Anak saya dua masuk sekolah tahun ini. Kalau harus beli seragam lengkap, bisa habis beberapa ratus ribu. Alhamdulillah sudah dibantu,” kata Masriani salah satu orang tua siswa yang anaknya tahun ini duduk di bangku sekolah dasar dan SMP. (Heri).

Komentar