POTO KLIK – Kegiatan ekonomi di Luwu Timur tidak sejalan dengan pendapatan per kapita masyarakatnya. Meski indeks pembangunan manusia (IPM) yang terus tinggi tetapi tidak berkolerasi kuat dengan tingkat pendidikan ketenagakerjaannya.
Hal itu diungkapkan oleh Akademisi Universitas Mega Buana Palopo, Afrianto Nurdin dalam diskusi publik dalam rangka HUT Kabupaten Luwu Timur dan HUT Kerukunan Keluarga Malili (KKM) ke 17, yang berlangsung di Lapangan Andi Nyiwi Park, Kecamatan Malili, Sabtu, 6 Mei 2023 malam.
Hadir sebagai Panelis dalam diskusi publik itu, Diantaranya Kajari Luwu Timur Yadyn, Wakil Ketua I DPRD Luwu Timur HM Siddiq BM, Camat Malili Nasir, Akademisi Universitas Mega Buana Palopo Afrianto Nurdin dan Pemerhati lingkungan Madras.
Afrianto mengatakan Luwu Timur ini masuk kedalam urutan kedua tingkat pendapatan per kapita tertinggi di Sulawesi Selatan setelah Makassar.
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan kata Afrianto, kenapa tidak berkolerasi dengan industri pengolahan, kenapa dia tidak berkolerasi dengan perdagangan besar, perdagangan eceran dan perdagangan kecil itu?
“Karena itu tadi. Problemnya ada pada kebijakan ekonomi pembangunan yang tidak terintegrasi kepada apa yang mau dilakukan perusahaan, desa dan pemerintah di tingkat kabupaten itu, itu catatan pertama” Jelasnya.
Selanjutnya, catatan kedua yang mau saya sampaikan lanjut Afrianto, tadi pak camat menyebut bahwa Luwu Timur ini dalam Indeks pembangunan manusia (IPM) atau human development indexnya itu setiap tahun mengalami kenaikan karena ada beberapa indikator yang dinilai disitu sehingga nilainya setiap tahun mengalami kenaikan.
“Tapi pertanyaannya begini, kenaikan IPM mestinya berkolerasi kuat dengan tingkat pendidikan tenaga kerja kita salah satunya indikatornya ya kan?” Kata Afrianto yang pernah menjadi narasumber di forum internasional, Indonesia Development Forum (IDF).
Tapi anda kalau buka catatan di badan pusat Statistik provinsi Sulawesi Selatan dan mungkin juga ada di catatan ketenagakerjaan kabupaten Luwu Timur disitu angkatan kerja kita berdasarkan tingkat pendidikannya dari 15 tahun sampai 60 tahun lebih itu dari tidak tamat SD, tamat SD, SMP, SMA dan tamat di Universitas angkatan kerja kita kurang lebih 161.470 jiwa yang ada di Luwu Timur.
Tapi problemnya adalah dari 161 ribu jiwa itu ternyata yang tidak tamat SD dan hanya tamat SD itu kurang lebih 59 ribu orang jadi apa yang bisa diharapkan dengan Indeks pembangunan manusia yang terus tinggi tetapi tidak berkolerasi kuat dengan tingkat pendidikan ketenagakerjaannya.
“Sementara kita di perhadapkan kedepannya dengan maraknya industri-industri besar dengan penerapan teknologi tinggi yang membutuhkan keahlian dan tingkat pendidikan yang tinggi. Inikan tidak berkolerasi kuat,” Tuturnya.
Sehingga kenapa kemudian dalam hasil riset kami, presepsi masyarakat tentang tingkat kesejahteraan yang paling di soal itu adalah penerimaan tenaga kerja. Karena problemnya itu.
“PT Vale, PT CLM, PT PUL dan sebagainya yang akan mengekstraksi sumber daya alam kita di Luwu Timur ini kalau kita perusahaan ini terkonsentrasi penerimaan ketenagakerjaannya pada level pendidikan tingkat vokasi itu hanya ada 9500 orang yang di Luwu Timur ini yang lulusan vokasi. Kecil sekali,” Tutup Afrianto. ***
Komentar