Spekulasi dan dugaan terkait aktifitas pertambangan yang berkaitan erat dengan laut diduga telah mencemari perairan dangkal sehingga berdampak buruk bagi kelestarian biota laut seperti ikan-ikan perairan dangkal termasuk Teripang.
Bagi teripang, padang lamun dan terumbu karang maupun area terbuka diperairan dangkal merupakan habitat utama hewan ini.
Hanya saja, kondisi perairan dangkal dan pesisir pantai Desa Harapan kini nampak kemerahan dan terlihat sangat jelas saat kondisi air laut sedang surut.
Warna kemerahan ini diduga adalah sisa-sisa galian atau tanah (ore) dari aktifitas pertambangan di gunung dan perbukitan kemudian dialirkan melalui sungai-sungai kecil yang bermuara ke laut.
Dengan kondisi pesisir laut yang seperti itu, reproduksi atau regenarasi hewan laut yang sensitif terhadap kondisi lingkungan akan hilang seiring dengan waktu.
“Teripang merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang semakin buruk akan menurunkan kemampuan teripang untuk regenerasi,” jelas Prof. Etty Riani seperti dikutip dari laman IPB University.
Prof. Etty Riani Sejak ‘90-an hingga sekarang telah melakukan berbagai penelitian tentang teripang. Mulai dari sisi ekologi, manfaat bahan aktifnya hingga kontaminasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mengatakan Lingkungan yang semakin memburuk mengakibatkan populasi teripang akan semakin terdesak. Reproduksinya juga akan terganggu, selain eksploitasi besar-besaran.
Untuk informasi, berdasarkan data yang diperoleh dari salahsatu situs jual beli Teripang kering di tanah air kini berada dikisaran harga Rp700 hingga Rp2 juta tergantung jenis dan tingkat kekeringannya.
Teripang (Holothuria) adalah jenis biota laut yang merupakan salah satu sumber protein hewani. hewan ini bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran, lamun, alga maupun dalam lingkungan terumbu karang hidup ataupun mati. ***
Komentar