POTOKLIK.ID – Harga beras di Kabupaten Luwu Timur terus melonjak, hingga hari ini harga beras tembus Rp16 ribu per kilogram di pasaran.
Menurut pedagang, bahwa harga beras di pasaran khususnya Luwu Timur saat ini belum stabil.
“Sebelumnya beberapa bulan lalu Rp.15 ribu dan harga per hari ini Rp. 16 ribu perkilogram, kemungkinan masih bisa naik,” kata Pedagang di Pasar Tradisional Malili, Jumat (23/2/2024).
Penyebab tidak stabilnya harga ini lantaran pasokan beras pedagang untuk dijual di Luwu Timur itu disuplai dari luar daerah yang tentunya mengeluarkan biaya transport yang cukup besar.
”Harga ini belum stabil, kemungkinan masih naik lagi, atau bahkan bisa turun, karena beras yang dijual di Luwu Timur ini, itu kebanyakan beras dari luar daerah, yang pastinya banyak biaya yang dikeluarkan utamanya biaya angkut,” ujar pedagang beras.
Menangapi lonjakan harga beras tersebut, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Luwu Timur, Senfry Oktavianus mengatakan bahwa khusus wilayah Luwu Timur Harga beras masih stabil.
Meski begitu, adapun kenaikan saat ini itu mencapai seribu rupiah per kilonya, Dimana catatan dari Pemantauan harga kebutuhan pokok harian yang dilakukan Dinas Koperindag masih di angka Rp. 16 ribu per kilo.
Adapun beras premium , seperti beras cap mandi perhari ini masih diangka Rp. 15 ribu, sementara beras cap kepala diangka Rp. 16 ribu perkilo.
Menurut senfry, penyebab kenaikan beras ini bukan hanya di Luwu Timur, tapi skala nasional , penyebabnya karna fenomena El nino.
“Beruntung kita di Luwu Timur, diakhir April tahun ini akan musim panen, kita berharap agar musim panen nantinya hasil panen petani bisa bagus dan memuaskan dan tentunya harga berasnya dimungkinkan sudah stabil,” tambah Senfry.
Hal yang sama juga disampaikan, Kepala Bidang Perdagangan Luwu Timur, Andi Tenriwaru bahwa Kenaikan harga beras masih disebabkan karna efek gorilla el nino, yang berdampak sebagian besar daerah-daerah produksi beras mengalami gagal panen.
Rilis Bapanas memang secara Nasional untuk bulan Januari dan Februari ketersedian beras terkoreksi negatif artinya bahwa produksi dan ketersedian beras masih kurang dibanding kebutuhan.
Selain itu harga beras dunia memang juga mengalami kenaikan, karena itu pemerintah akan terus menyalurkan cadangan beras nasional SPHP kepada masyarakat.
“Diperkirakan akhir Februari atau awal Maret sudah ada Daerah -daerah penyangga beras yang mengalami panen produksi,” pungkas Andi Tenriwaru.***