POTO KLIK – Nasib koalisi besar tinggal wacana. Sejak dimunculkan pada 2 April 2023, kala itu koalisi yang dibentuk Jokowi dan lima parpol besar itu bermula di kantor DPP PAN, dan belum terwujud hingga sekarang.
Sementara PDIP yang tidak masuk dalam koalisi besar justru intesif membangun poros baru. Akankah PDIP mengambil alih kolaisi besar?
Lima parpol itu tergabung dalam dua koalisi diantaranya, Golkar, PAN, dan PPP dalam koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Kemudian Gerindra dan PKB dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Baca Juga: Deretan Nama Menteri Jokowi Yang Terseret Kasus Korupsi
Sejak itu, mereka gencar mengusung koalisi besar. Namun koalisi itu sampai sekarang belum mengumumkan siapa sososk yang akan diusung dalam Pilpres 2024 mendatang.
Manuver PDIP
Belakangan, PDIP getol menggalang dukungan PPP yang sebelumnya masuk dalam koalisi besar resmi bergabung dengan PDIP.
Selain PPP, partai Hanura dan Perindo juga telah resmi menjalin kerjasama politik dengan PDIP dalam menghadapi Pilpres 2024.
Bahkan PDIP juga menjalin komunikasi dengan partai Demokrat. Hubungan yang dingin antara PDIP dan Demokrat sempat terjadi selama dua dekade, akan tetapi sudah mulai mencair setelah Ketua DPP PDIP Puan Maharani bertemu dengan ketua UMUM Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhodoyono (AHY) di Plataran Hutan Kota GBK, Minggu 18 Juni 2023 kemarin.
Baca Juga: KPU Luwu Timur Tetapkan DPT Pemilu 2024 Berjumlah 218.323 jiwa
Peluang Koalisi PDIP-Demokrat
AHY menyebut pertemuan dengan Puan merupakan politik rekonsiliasi. Dalam pertemuan itu, AHY menyampaikan pesan SBY bahwa pertemuan tersebut harus membawa kebaikan dan keberkahan.
“Politik bisa menempatkan dua orang dengan sikap dan posisi yang berbeda. Tapi persahabatan saya dan Mbak Puan, yang selama ini juga berhubungan baik dengan kami sekeluarga, mudah-mudahan menjadi bentuk yang baik, bahwa segala sesuatunya bisa dicarikan solusi, walaupun belum selalu dalam posisi yang sama,” kata AHY dalam konferensi pers usai melakukan pertemuan.
Terkait Pemilu 2024, kedua partai menghormati pilihan masing-masing. Sementara Puan mengatakan politik masih sangat diinamis. “Kami bersepakat bahwa ini enggak boleh berhenti sampai di sini, bicara politik itu bukan berarti kemudian stop sampai di sini seolah-olah selesai. Tapi karena politik itu penuh dengan dinamika sangat dinamis jadi untuk bisa mencapai satu titik temu di tengah saja perlu waktu untuk bicara bicara terus,” ungkap Puan.
Sinyal Ancaman Untuk Istana
Pertemuan dan kerjasama PDIP-Demokrat dinilai sebagai ancaman sel-sel kekuatan politik di lingkaran Istana Presiden.
Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramudina Khoirul Umam menyebutkan ancaman itu merupakan respon atas strategi “Istana” yang tengah bermain mata dengan Gerindra.
Baca Juga: Menkopolhukam Mahfud MD Minta Pelaku Dugaan Pungli di Rutan KPK Ditindaklanjuti Secara Hukum
Umam juga menyebut PDIP membuktikan bahwa langkah politik yang selama ini dihitung sebagai hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Perubahan sikap PDIP terhadap Demokrat mengindikasikan adanya, “sense of urgency” di internal PDIP untuk merespon strategi pengepungan “istana” yang belakangan justru menguntungkan Prabowo.
PPP sudah mengusulkan nama Menparekraf Sandiaga Uno sebagai Cawapres Ganjar. Namun PDIP masih menimang-nimang nama potensial yang akan mendampingi Ganjar. Yang terjadi pertaruhan PDIP saat ini adalah penentuan nama Cawapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo.
Baca Juga: Buntut Pungli di Rutan KPK, Sejumlah Petugas Dicopot
Ada 10 nama yang disebut masuk bursa Cawapres Ganjar, diantaranya, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Mahfud MD, Airlangga Hartarto, Ridwan Kamil hingga AHY.
Dari kacamata dosen politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno sejauh ini PDIP cenderung menginginkan tokoh NU sebagai pendamping Ganjar.***
Komentar